by dr. Amalia Pane, SpOG, IBCLC
Setelah selama 6 bulan atau 180 hari hanya minum ASI, kini saatnya bayi belajar makan. Makanan pendamping ASI (MPASI) sebaiknya tidak diberikan lebih dini ataupun ditunda.
Jika diberikan lebih dini akan berisiko menyebabkan bayi mengalami gangguan nutrisi, gangguan saluran cerna karena belum siap untuk mengolah makanan selain susu, sekaligus meningkatkan risiko alergi.
Apabila diberikan terlambat tentu saja menyebabkan bayi berisiko mengalami kurang gizi, pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat, dan menolak ketika diberikan makanan.
ASI tetap dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. Kebutuhan ASI pada usia 6-12 bulan adalah sekitar 70%, sedangkan pada usia 12-24 bulan kebutuhan ASI adalah sekitar 30%. Jika karena alasan medis bayi tidak mendapat ASI, pemberian formula bayi tetap dilanjutkan.
Hanya berbagi informasi mengenai manajemen pemberian MPASI menurut WHO, ditambah dengan sedikit pengalaman pribadi.
Pada prinsipnya bayi diberi makanan dengan cara bertahap baik jumlah maupun teksturnya. Tak usah pusing memikirkan jenisnya. Gunakanlah bahan alami yang mudah didapat di daerah kita. Beruntung kita berdiam di negara yang subur, berlimpahan bahan makanan kaya nutrisi. Usahakan agar bahan makanan bayi serupa dengan makanan anggota keluarga lainnya.
Mulai MPASI (6 bulan) hingga 8+ bulan
Jenis
Bayi boleh mengkonsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran maupun buah-buahan. Coba makanan satu per satu, sehingga bayi mengenali rasa asli makanan. Selain itu juga untuk mengetahui adanya reaksi alergi tipe cepat terhadap makanan tertentu.
Kira-kira tahap pengenalan ini membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu. Setelahnya, bahan makanan dapat dikombinasikan seperti makanan sehari-hari anggota keluarga lainnya. Pemberian gula dan garam sebaiknya ditunda hingga bayi berusia 1 tahun. Penggunaan bumbu tertentu diperbolehkan, misalnya bawang (merah, putih, bombay), daun salam, daun jeruk, lengkuas, dan sereh. Tunda juga pemberian makanan yang berpotensi besar menyebabkan alergi, seperti putih telur, produk susu sapi, dan makanan laut.
Konsistensi
Di usia ini bayi diberikan makanan lumat, yaitu makanan padat lembik yang dihaluskan. Ciri makanan lumat adalah bertekstur halus namun ketika diletakkan di sendok, makanan tidak tumpah apabila sendok dimiringkan.
kiri: makanan lumat.
kanan: makanan yang terlalu encer.
Jumlah
Makanan diberikan bertahap mulai dari 2-3 sendok makan saja pada tahap pengenalan, hingga mencapai sekitar 125 cc.
Frekuensi
Bayi diberikan makanan bertahap yaitu 2-3 kali makanan utama dan 1-2 kali selingan.
Usia 9 – 11+ bulan
Jenis makanan serupa dengan yang dikonsumsi bayi 6-8 bulan, namun konsistensi, frekuensi, dan jumlahnya berubah. Bayi semakin pandai untuk makan dan sangat menyukai makanan yang dapat dipegangnya sendiri.
Konsistensi
Kini bayi dikenalkan dengan makanan lembik. cirinya adalah, bertekstur kasar, namun tidak keras.
Frekuensi dan jumlah
Bayi diberikan 3-4 kali makanan utama dan 1-2 kali selingan. jumlahnya semakin ditingkatkan mulai dari 125 cc tiap kali makan, hingga pada usia 12 bulan bayi dapat mengkonsumsi sekitar 200 cc makanan utama.
Usia 12 bulan ke atas
Sekarang bayi sudah dapat mengkonsumsi makanan keluarga. Jenis dan konsistensi sama, hanya jumlahnya yang relatif sedikit, yaitu sekitar 200cc. Bayi makan dengan frekuensi 3-4 x makanan utama dan 2 x selingan. Penggunaan garam dalam jumlah sedikit diperbolehkan. Pemanis alami seperti madu dan gula semut dalam jumlah wajar juga diperbolehkan. Hindari memberikan makanan kecil dalam kemasan yang berkadar gula tinggi, lebih baik memberikan selingan yang bernutrisi misalnya roti gandum dengan butter dan madu, atau salad buah saus yoghurt.
Bayi juga sudah dapat mengkonsumsi produk susu sapi seperti keju, yoghurt, dan susu pasteurisasi atau UHT. Namun apabila terdapat riwayat alergi di keluarga, memperkenalkan makanan yang berpotensi menimbulkan alergi setelah usia 1 tahun. Contoh makanan yang berpotensi alergenik antara lain susu sapi/hewan dan turunannya, seafood, putih telur, kacang tanah & almond, coklat, nanas, dan tomat.
Dari kiri ke kanan: gambaran volume 3 sendok, 125 mL, dan 200 mL; dalam gelas air mineral 240 mL.
Menyiapkan makanan bayi
Mudah sekali untuk menyiapkan makanan bayi. Yang perlu diperhatikan adalah KEBERSIHAN. Baik bahan makanan, alat masak, alat makan, maupun tangan orang yang menyiapkan makanan.
Tidak ada satu jenis bahan makananpun yang bernutrisi lengkap. Oleh karena itu bayi harus mendapatkan makanan yang beragam. Dalam menyusun menu dalam satu hari, perhatikan prinsip “basic seven makanan bayi” yang harus ada dalam makanan sehari-hari. Karena tingginya angka defisiensi zat besi pada anak Indonesia, pastikan bahwa makanan bayi (dan tentunya makanan keluarga) sudah mengandung cukup zat besi.
Pilihlah bahan makanan yang segar (bukan makanan yang dibekukan). Buatlah makanan bayi untuk satu kali makan saja. Usahakan agar bayi dapat menyantap makanan yang baru selesai dimasak 30 menit hingga 1 jam sebelumnya.
Basic seven makanan bayi.
Alat masak:
Yang diperlukan adalah alat masak yang pada umumnya tersedia di dapur kita seperti pisau dan telenan, panci, dandang, penggorengan, dan spatula. Khusus untuk bayi 6-8 bulan, diperlukan alat untuk membantu menghaluskan makanan misalnya saringan kawat, mortir/cobek, atau blender ( utk buah ya bun....)
membuat makanan lumat menggunakan saringan kawat.
Alat makan:
Mangkuk kecil, sendok kecil, dan gelas kecil. Gunakan yang tidak mudah pecah namun berbahan aman untuk makanan misalnya stainless steel atau plastik berkode nomor 5 atau 4. Anak yang sudah lebih besar dan terampil makan, dapat menggunakan alat makan berbahan gelas.
Alat makan bayi
Kode berupa angka yang menunjukkan jenis bahan plastik.
Contoh menu untuk bayi berusia 6 bulan
Pemberian makanan bayi
Penting untuk memperkenalkan konsep makan kepada bayi, bukan sekadar mengisi lambungnya. Awali dengan aktivitas mencuci tangan, baik tangan pengasuh maupun tangan bayi.
Biasakan bayi makan dalam posisi duduk menghadap meja makan seperti layaknya orang dewasa makan. Makan bersama keluarga akan lebih menyenangkan untuk bayi, karena bayi akan mudah meniru anggota keluarga yang sedang melakukan aktivitas makan di sekitarnya.
Biarkan bayi mencoba makan sendiri baik dengan tangannya maupun menggunakan sendok. Beri respons positif, misalnya kata pujian kepada bayi ketika ia makan. Bila bayi tidak mau makan, sebaiknya tidak dipaksa. Sehingga bayi akan memandang proses makan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Lama makan dianjurkan tidak melebihi 30 menit, kecuali bayi masih menunjukkan minat terhadap proses makan.
Baiklaah… Selamat berMPASI ya! :)
Juli 30, 2017
Tags :
Panduan MPASI
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments